Selamat Datang di blog HI UGM 07

Sesuai dengan ucapan di atas, blog ini adalah blog anak HI UGM 07

Selasa, 24 Juni 2008

anarkisme demo=kembali ke titik "nol"

sepuluh tahun lalu, sebuah demonstrasi mahasiswa berhasil menumbangkan rezim orde baru yang telah bertahta selama 32 tahun. saat itu, hampir seluruh aktivis mahasiswa turun ke DPR/MPR untuk berdemonstrasi di kediaman senayan. demonstrasi tersebut disatu sisi berhasil membuat perubahan yang signifikan. perubahan meliputi aspek sosial, aspek politik, dan terutama hak asasi manusia.





Perubahan dari zaman orde baru ke orde reformasi memang benar-benar berubah, demonstrasi mahasiswa akhirnya menjadi senjata ampuh para orang yang mempunyai kepentingan politik. dalam beberapa tahun ini, banyak terjadi demonstrasi yang memang cukup ampuh dan menjadi senjata dalam kebijakan pemerintah, bukannya melalui konstitusi yang sah, yaitu melalui DPR, atau melalui LSM yang mempunyai akses ke DPR namun melalui media yang bernama demonstrasi mahasiswa yang sepertinya menamakan atas rakyat. Hal ini juga menandai adanya disfungsi DPR yang seharusnya menampung aspirasi rakyat dan juga menjadi sarana komunikasi kebijakan pemerintah. Dengan kata lain, DPR telah gagal dalam hal ini.





disisi lain, demonstrasi tahun 1998, juga mempunyai sisi yang sangat tidak baik. yaitu gerakan yang cukup kasar dan anarkis. Dari sudut orang awam, mungkin saja, tidak akan terlihat anarkisme dari mahasiswa, namun lihatlah apa yang terjadi di dalam demonstrasi tersebut, banyak korban berjatuhan bahkan mengakibatkan citra polisi menjadi jelek. namun saya juga tidak menutupi adanya penunggang yang ikut-ikutan dalam demonstrasi tersebut.





sayangnya, demonstrasi yang anarkis menjadi senjata andalan dari demonstrasi mahasiswa. ibarat sebuah virus, maka demonstrasi mahasiswa yang efektif harus disertai gerakan anarkis.





marilah kita lupakan sejenak tahun 1998, dan anggap yang berlalu biarlah menjadi kenangan dan semoga tidak terulang.





kembali ke zaman 2000-an, dimana ekonomi global tidak normal sehingga menyebabkan harga minyak dunia sangat melejit dan cukup membuat seluruh masyarakat dunia "mabuk" akan efeknya. Sudah jelas di modern age semua kebutuhan harus disertai dengan minyak. mulai dari pergi ke kantor, kuliah, hingga persoalan sepele seperti makanan. apabila kita sedikit berpikir, maka kenapa efek rantai dari minyak ini juga bisa berantai ke kenaikan harga pangan cukup mudah. bayangkan saja apabila beras yang kita masak kemudian menjadi nasi, itu harus diangkut dengan sebuah truk yang tidak memakai bensin(solar). maka tentu akan menjadi sangat murah.





tidak hanya di negara berkembang, efek minyak dengan harga tinggi juga terkena pada banyak pihak termasuk negara anggota OPEC. meskipun sepertinya mereka adalah aktor yang paling berfoya-foya, namun tetap saja bahwa mereka membutuhkan bahan impor pangan, yang juga naik. pada akhirnya semua sama saja...

pemerintah indonesi juga kembali bekerja keras untuk memikirkan kebijakan apa yang paling tepat untuk diambil. akhirnya pemerintah Indonesia mengambil langkah untuk menaikkan harga BBM, dan memberikan kompensasi berupa BLT yang sebetulnya juga tidak efektif, namun sebaiknya tidak usah d bahas dalam artikel ini.


setelah keputusan pemerintah per 1 juni 2008, maka harga BBM menjadi naik sekitar 30%. kenaikan ini masih sangat diprotes oleh para mahasiswa dan beberapa kalangan yang merasa tidak setuju. Hal yang paling menjadi masalah adalah tindakan mereka.


merespon dengan kejadian tanggal 24 juni 2008, dimana di daerah semanggi demonstrasi dilakukan dengan sangat terlalu anarkis, dimana ada satu mobil berplat merah yang kemudian dibakar dan tentu hancur lebur. beberapa pihak sempat mengatakan bahwa sebetulnya bukanlah mahasiswa yang melakukan hal ini, namun pihak "preman" karena melihat postur tubuh dan muka yang tidak mungkin dilakukan bahkan untuk mahasiswa abadi (kuliah 7 tahun).


dalam artikel saya sebelumnya "Demo Mahasiswa:Anggara R" maka dapat ditarik kesimpulan bahwa demonstrasi mempunyai satu efek buruk yaitu semakin meruginya masyarakat. mengapa saya katakan demikian tak lain adalah karena pada dasarnya, ketika terjadi demo banyak masyarakat yang terkena macet, dan tentu menghabiskan BBM. bukannya mahasiswa demonstrasi untuk berbuat lebih irit BBM, atau mungkin mereka mencari penghemat BBM, malahan mereka berbuat pemborosan BBM. apalagi dengan aksi ini, mereka tidak hanya membuat macet, namun menyebarkan teror.

dalam aksi ini, mobil yang dibakar adalah mobil berplat merah, yang tentu berarti mobil milik kantor dan mobil ini punya negara. dengan asumsi ini, maka para demonstran melakukan aksi anarkis terhadap aset negara. mereka melakukan dengan poin justifikasi bahwa ini adalah aspirasi mereka.

apakah mereka tidak sadar, bahwa mereka juga bisa dikategorikan teroris? dalam buku world politics, terorisme adalah gerakan dengan kekerasan dan menyebarkan ancaman yang biasanya bermotif politik. Dalam frase menyebarkan ancaman berarti adalah secara menyeluruh. jika saja anda dalam kondisi seperti diatas dan anda sedang dalam radius 100m, menggunakan mobil apa pun, tentu anda akan panik dan berharap tidak menjadi sasaran. cobalah anda bayangkan...

kembali lagi pada gabungan zaman orde baru dan zaman reformasi, maka sudah jelas, apakah Indonesia mau kembali ke titik "nol" dimana semua anarkisme menjadi pembenaran ataupun menjadi satu paket dalam demonstrasi?

apabila melihat secara pendek, bahwa sebenarnya pada tahun 1998, yang dipermasalahkan sangat banyak, sehingga wajar apabila ada sebuah kekerasan dan anarkisme sedikit. sekarang, pada zaman 2008, dimana Indonesia adalah salah satu aktor yang menghormati HAM, dan Indonesia juga salah satu negara yang demokrasi, dan hanya karena urusan BBM, kemudian harus terjadi anarkisme?

apakah negara ini mau kembali ke titik kebodohan atau titik "nol" dan mengulang semua yang sudah terjadi? mari kembali dipikirkan apakah mahasiswa ataupun siapa saja perlu melakukan tindakan anarkisme ini? saya rasa sangat tidak perlu dengan mempertimbangkan social cost yang sepertinya lebih mahal daripada efeknya.

marilah kitta pikirkan.....



Tidak ada komentar: