Selamat Datang di blog HI UGM 07

Sesuai dengan ucapan di atas, blog ini adalah blog anak HI UGM 07

Senin, 21 Juli 2008

Need People! lowongan sukarelawan

Dibutuhkan nih, kawan-kawan yang sukarela dan kira-kira agustus pertengahan udah di Jogja, diharapkan banget bantuannya dalam mengerjakan pilot project, simulasi sidang HI.. deskripsi lebih lanjut akan dijelaskan pada hari H... kira-kira butuh 20 orang lowongan untuk proyek KOMAHI ini.. tlg tulis comment d sini untuk ikut sbg sukarelawan.tks sblmnya...

pengantar: sidang HI adalah bentuk praktik dari empat kemampuan utama yang diperlukan dalam berpolitik secara internasional dan lokal, pertama adalah bicara di depan umum, kedua adalah menulis di sebuah forum, dan lobi-lobi kepada anggota lain.. serta mungkin diharapkan melatih bahasa inggris juga...

Sabtu, 19 Juli 2008

EKSEKUSI MATI SUMIARSIH DAN SUGENG, SEBUAH KEMENANGAN ATAU TRAGEDI BANGSA INDONESIA?

Sumiarsih dan Sugeng ialah ibu dan anak yang telah melakukan pembantaian terhadap keluarga Letkol Purwanto pada tahun 1988. Mereka membantai 5 orang anggota keluarga Letkol Purwanto dikarenakan masalah hutang-piutang, dan Pengadilan Tinggi Surabaya telah memvonisnya dengan hukuman mati pada tahun 1989. Setelah itu Sumiarsih dan Sugeng dipenjarakan masing-masing di Rutan Madaeng Surabaya dan Rutan Sukun Malang. Selama 20 tahun dipenjara, mereka berulang kali mengajukan grasi terhadap Presiden tetapi selalu ditolak.

Akhirnya, tepat tadi malam, tanggal 18 Juli 2008, mereka dieksekusi oleh 12 regu tembak dari Brimob. Eksekusi itu disaksikan oleh para pengacara, pemimpin rohaniawan. hingga ahli kesehatan dari Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya. Sebelum dieksekusi ini, Sumiarsih dan Sugeng melakukan upaya terakhir mereka dengan mengirim permohonan peninjauan didasari aspek kemanusiaan kepada Presiden, tetapi sampai menjelang ajalnya, tidak ada balasan dari Presiden. Dengan dieksekusi matinya Sumiarsih dan Sugeng merupakan suatu kemenangan hukum di Indonesia, karena ketegasan hukum itu sendiri sukses dilaksanakan.

Banyak orang juga melihat hukuman mati ini tidak didasari aspek HAM, karena hal ini dianggap sangat kejam. Jika kita berani untuk menkomparasi, apakah pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Sumiarsih dan Sugeng terhadap keluarga Letkol Purwanto sebanding lurus dengan pelanggaran HAM yang wajib dilaksanakan oleh eksekutornya yakni pihak berwajib. Tentu saja jawabanya tidak, karena bagaimanapun juga, Sumiarsih dan Siugeng tidak akn mati, jika mereka tidak melakukan pembantaian yang terjadi di rumah Letkol Purwanto, jalan Dukuh Kupang, Surabaya. Celakannya, momen-momen sebelum eksekusi ini dimanfaatkan oleh satu pasangan Calon Gubernur Jawa Timur untuk menarik simpati dengan memberi dukungan kepada terpidana. Apakah mereka hanya membuat sensasi belaka, tapi apakah mereka tidak sadar atau pura-pura tidak sadar bahwa terpidana ialah seorang penjahat. Di samping itu pula, Pers juga mendramatisir momen-momen ini dengan memberitakan secara besar-besaran, sehingga terkesan eksekusi ini ialah sebuah hal yang eklusif.

Maka dari sinilah kita bisa bertanya," Apakah Eksekusi Mati Sumiarsih dan Sugeng Sebuah Kemenangan atau Tragedi Bangsa". Dalam prespektif saya sendiri ialah hal ini merupakan Kemenangan Bangsa dalam hal hukum, sebab penegakan hukum berhasil dengan sukses, tetapi merupakan sebuah Tragedi dalam Perpolitikan, karena adanya Calon Gubernur yang untuk mendapatkan dukungan menggunakan momen ini, mengapa, karena saya melihat hal ini merupakan suatu ketidakmampuan calon tersebut untuk lebih peka terhadap isu-isu yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat. Tragedi juga saya lihat terjadi dalam pers sadar atau tidak sadar, dengan menganggap terlalu eklusif sebuah momen eksekusi mati, akan membelah dua pemikiran dalam masyarakat dan memunculkan adanya pertentangan.

CAESAR ARDIAN OKTAWA ABDULLAH MARNANDEL PUCHA VALAVILHI-UGM-07/21988

GAYA KEPEMIMPINAN KEJAM DI AFRIKA

Afrika, sebuah benua yang selalu dianggap sebagai yang terbelakang. Dengan tingkat pendidikan rendah, wabah penyakit, kemiskinan dan kemiskinan, Afrika dalam tanda kutip sangat mengerikan.Tanpa dipungkiri pula telah muncul berbagai gaya kepemimpinan kejam di berbagai negara-negara yang terletak di benua ini.
Gaya kepemimpinan di afrika sendiri memiliki banyak variasi dan kebanyakan memang cenderung ke suatu rezim diktator. Rezim dimana memegang kontrol secara absolut di negarannya dan berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama. Kebanyakan pula rezim-rezim diktator ini membawa suatu keadaan negara yang sangat tenang tetapi mencekam. Hal ini disebabkan, biasannya diktator menggunakan unsur-unsur militer untuk mengamankan hegemoninnya dalam negaranya itu sendiri.
Contoh-contoh gaya kepemimpinan di Afrika seperti kleptokrat di Zaire (MOBUTU SESE SEKO), psychotic di Liberia (SAMUEL KANYON DOE), Emporium di Afrika Ekuatorial ( KAISAR BOKASSA) dan sebagainya. Para pemimpin negara-negara tersebut diatas telah digulingkan karena kekejamannya terhadap rakyat, salah satunya ialah Kaisar Bokassa. Raja satu ini membuat negaranya bangkrut setelah penasbihannya dan pemberian mahkotanya olehnya sendiri yang menghabiskan sekitar USD 250 juta. Di samping itu pula Bokassa terkenal dengan sifat kanibalnya, yakni memakan bagian tubuh lawan-lawan politik yang telah ia bunuh. Sedangkan Mobutu Sese Seko ialah seorang kleptokrat sejati, dia mengeruk keuangan negara untuk keluarganya dan menyebabkan Zaire pada saat kepemimpinannya mengalami inflasi sebesar 6000%. Samuel Kanyon Doe dengan latar belakang psychoticnya pernah memerintahkan pengawal-pengawalnya untuk saling membantai satu sama lain.
Yang paling legendaris mungkin ialah IDI AMIN dari Uganda, seorang mantan petinju dan juru masak dalam angkatan perang yang mengalami sifilis otak dan menjadi Presiden Uganda setelah mengkudeta Apollo Milton Obote. Mayoritas Gaya kepemimpinan di Afrika yang kejam semuannya ada dalam diri Idi Amin, mulai dari kleptokrat, oligarki, hingga psychotic. Dia pernah melakukan genosida terhadap suku-suku yang merupakan suku musuh dari sukunya yakni Kakwa dan Lugbara. Memiliki 5 orang istri, 34 gundik dan 37 anak, membuat Idi Amin terkenal sebagai Don Juan Afrika pada dekade 70-an.Sampai era sekarang pun masih juga ada pemimpin kejam di Afrika. Salah satunya ialah Robert Mugabe dari Zimbabwe, seorang marxist yang sangat memegang absolut negaranya dari awal merdeka hinnga tahun ini selama 20 tahun. Zimbabwe menjadi negara termiskin di region Afrika bagian selatan karena gaya kepemimpinan Mugabe yang melancarkan teror-teror, kolektivitas lahan pertanian dan pembunuhan.
Tahun ini saja Zimbabwe mengalami inflasi sebanyak 165.000% dan merupakan jumlah inflasi terbesar dalam sejarah kehidupan manusia modern.Itulah mengapa negara-negara di Afrika, banyak yang masih bersifat weak atau bahkan weakness state. Rezim kejam, pembantaian, teror, dan kanibalisme serta klepto addict menyebabkan keterpurukan di negara-negara seperti di atas.

CAESAR ARDIAN OKTAWA ABDULLAH MARNANDEL PUCHA VALAVILHI-UGM-07/21988

Jumat, 18 Juli 2008

sekulerisme untuk indonesia maju(caesar)

SEKULERISME. banyak kelompok-kelompok agama ekstrimis bahkan cenderung ke chauvinis menentang cara pandang ini, well ak malah melihat orang-orang yg menentang ini cenderung kuno, tradisional,bahkan hidup konvensional.
Apa salahnya dengan sekulerisme, faham dimana kita melihat manusia itu dilahirkan dengan kredibilitas yang sama dan akan kembali dengan keadaan yg sama satu dengan lainya.Aku disini mengambil salah satu implementasiku sendiri akan cara pandang sekulerku, yakni untuk beragama. Agama merupkan sesuatau rahasia antara personal satu dengan TUHAN-nya, jadi baik anata umat beragama dalam maupun luara agama janganlah saling menjustifikasi atau menanamkan stigma negatif bahkan saling menyebar propaganda.
Direfleksikan di negara kita tercinta INDONESIA, dimana memiliki 6 agama(Islam, kristen, katholik, hindu, budha,dan konghucu), seharusnya umat-umat agama tersebut saling mendukung secara kontinu agar negara kita ini cepat maju dari semua aspek.Logikannya, jika antar agama saling berkerja sama, maka akan tercipta suatu kestabilan sosial masyarakat, setelah itu pasti juga akan tercipta kestabilan keamanan yang akan menimbulkan adanya kestabilan perekonomian.
Mengapa, salah satu contohnnya, jika suatu negara telah tercipta kestabilan sosial dan keamanan, investor baik kontinental maupun interkontinental bakal tertarik untuk berinvestasi dan selanjutnya tahulah sendiri keuntungan-keuntungan dari suburnya iklim investasi bagi bangsa.Terakhir, jika kestabilan ekonomi telah tercapai, maka kestabilan politik pasti akan tercapai pula.
Sekali lagi pasti. Jadi jangan menjustifikasi suatu faham tanpa terlebih dulu mengerti faham tersebut. Sebelum menilai sesuatu, lihatlah INDONESIA ini, negara yang memilki laut yang sangat luas, tapi mengapa menjadi negara yang tidak luas pengaruhnya.(ALFRED THAYER MAHAN mengatakan, negara yang luas lautnya sangat besar, maka cenderung memiliki pengaruh besar dalam politik intenasional,bahkan cenderung agresif). Mari kita bersatu tanpa melihat latar belakang atau SARA untuk memajukan INDONESIA demi keturunan-keturunan kita di masa depan...

VIVA AND GLORY INDONESIA>>CAESAR ARDIAN OKTAWA ABDULLAH MARANANDEL PUCHA VALAVILHI UGM/07/21988

Kamis, 10 Juli 2008

Capres SLTA dan Sarjana

Dalam media massa, wacana capres memang sudah tidak asing dan selalu dipermasalahkan dalam tiap saat menjelang pemilu. DPR juga sudah mendiskusikan apa syarat capres untuk pemilu, khusunya terutama pemilu 2009. Pemilu 2009 sudah di depan mata, hanya tinggal hitungan bulan maka ada pemilihan umum, dan hitungan hari, kampanye dan bendera siap dipasang di rute-rute berangkat kerja. Hal yang difokuskan di sini adalah kenapa presiden harus SLTA dan kenapa Presiden haru Sarjana? Kenapa tidak SLTP atau hanya lulusan SD.

Konstitusi Indonesia telah menerapkan pendidikan minimal seorang Capres atau presiden adalah SLTA. Melihat dari hal tersebut banyak fraksi yang meragukan mana yang lebih pantas untuk menjadi Capres.

Lulusan SLTA berarti lulusan SMA (ya elah, semua juga tau itu), lulusan SLTA dalam konteks pemikiran paling tidak mendapat edukasi yang cukup tinggi dan tentu mempunyai logika yang lebih baik. Kenapa saya katakan mempunyai logika yang lebih baik? Pertama adalah karena paling tidak mereka belajar algoritma dan mereka tentu belajar masalah matematika yang memang terbukti melatih logika. Hal tersebut memang bukanlah sebuah absolutisme, namun memang sudah sebuah fakta yang terjadi kepada banyak orang. Kemudian dari sisi edukasi memang banyak lulusan SLTA yang telah belajar masalah politik dan sosial lebih dalam, karena masalah kedewasaan yang sudah cukup ada, serta pengetahuan tentang politik tersebut lebih luas, terlepas dari kepintaran individu masing-masing, maka paling tidak individu tersebut tahu mana yang benar dan salah. Alasan kedua adalah lulusan SLTA atau sederajat adalah dimana pendidikan orang sudah cukup lengkap, dengan kemampuan baca dan tulis, serta komunikasi yang cukup lancar dan mempertimbangkan lulusan SLTA juga adalah dalam tenaga kerja terdidik. Meskipun di era sekarang, banyak lulusan SLTA yang kerja di kantor hanya sebagai tukang ketik, namun sekali lagi, paling tidak mereka mempunyai kemampuan cukup. Selain itu, banyak pertimbangan bahwa lulusan SLTA yang bisa menentukan arah. Apabila mereka bisa mempunyai uang yang cukup banyak atau mereka mempunyai beasiswa, maka mereka pasti akan pergi ke bangku kuliah, namun mereka juga bisa memilih untuk masuk akademi atau jalur lain mereka paling tidak sudah siap untuk bekerja secara mandiri.

Lulusan Sarjana atau S1, mempunyai beberapa keunggulan yang memang sudah berbeda dari lulusan SLTA. Lulusan sarjana ataus sederajat mempunyai keunggulan yang lebih fokus dan mereka juga tidak melupakan kemampuan di SLTA. Lulusan sarjana sebetulnya jauh diunggulkan dalam dunia kerja dan dunia nyata. Mereka mempunyai probabilitas diterima sebagai karyawan daripada lulusan SLTA.

Melihat sebuah hal yang lucu, lulusan S1 sebetulnya mempunyai kelemahan dengan adanya persyaratan ini, maka akan banyak orang yang ingin menjadi presiden akan terhalang. Bila melihat edukasi di Indonesia yang dinilai masih cukup mahal, maka tentu hanya sebagian orang yang bisa menjadi presiden, bagaimana dengan khusunya pengusaha dan umumnya rakyat yang hanya lulusan SMA, kenapa mereka harus terhalang haknya untuk berpolitik sebagai presiden hanya karena kualifikasi pendidikan yang cukup tinggi. Pada akhirnya pemerintah akan menuntut pemimpin bangsa adalah lulusan S1, terlepas dari praktek di lapangan, banyak yang harus dilalui seseorang menjadi capres, dan hak politknya akan terhalang oleh biaya.

Berkaca pada tipe masyarakat Indonesia yang majemuk, berorientasi pada kharisma seorang pemimpin, maka perlukah sebuah lulusan S1 untuk maju ke depan, kenapa tidak lulusan SMA saja, pada akhirnya seorang presiden juga akan perlu orang-orang pintar dibaliknya untuk membantu dalam tugas-tugasnya. Seorang presiden juga bukanlah seseorang yang terlalu bodoh dan diperalat oleh orang-orang lain untuk melakukan hal-hal yang tidak perlu.

Menggunakan dan melanjutkan argumen diatas, maka marilah kembali ke hal fundamental. Pendidikan di Indonesia mengatakan wajib belajar 9 tahun, atau dengan kata lain, SMP sudah cukup. Kembali lagi ke masalah biaya, maka siapa yang sekarang melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA? Tentu mereka yang punya keuangan cukup untuk hidup dan menyekolahkan sampai tingkat SMA, dengan begitu, berarti bahwa ada sebuah kesalahpahaman antara program wajib belajar dan program pemilu. Program pemilu mengatakan kualifikasi pendidikan SMA, atau sederajat. Hal ini kembali memperkuat adanya sebuah tembok yang menghalangi orang untuk menjadi seorang presiden. Penghalangan ini berarti melanggar hak orang untuk berpolitik, khususnya menjadi capres.

Kesalah pahaman ini bisa diperbaiki dengan beberapa alternatif cara. Pertama adalah menurunkan standar kualifikasi Capres. Kenapa hal ini masuk dalam alternatif ? karena sebuah alasan kesalahan pemerintah yang menyediakan pendidikan hanya sampai SMP, dan yang tidak bisa melanjutkan maka tidak bisa menjadi capres. Hal ini merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah yang cukup adil, agar tidak menghalangi dan menyaring hak politik untuk menjadi presiden yang hanya mampu dilakukan keluarga yang sekolah sampai tingkat SMP.
Alternatif kedua adalah untuk menaikkan wajib belajar menjadi dua belas tahun. Kenaikan standar ini berarti menolong orang agar tidak tersaring hak politiknya. Namun alternatif ini mempunyai kelemahan yaitu bisa digunakan untuk jangka panjang.

Pada dasarnya perlu win-win solution mengatasi masalah pendidikan dan poltik di Indonesia yang jelas dan nyata dari pemerintah apabila ada sebuah proposal untuk capres S1.

Selasa, 01 Juli 2008

Menghadapi Pemilu 2009

Melanjuti artikel saya beberapa artikel sebelumnya, ada beberapa hal yang terbukti di dalam artikel tersebut. Pertama adalah bahwa kharisma SBY telah menurun, dengan bukti bahwa jajak pendapat beberapa media masa yang membuktikan sendiri. Kedua adalah kampanye untuk tahun 2009 telah dimulai sedikit demi sedikit, dengan bukti beberapa parpol sudah mulai pasang 'gigi' untuk menggaet massa. Ketiga adalah asumsi saya dalam menanggapi bahwa kinerja kabinet juga pasti akan turun.
mulai membahas fakta pertama, SBY mulai kehilangan kharismanya. Saat pertama SBY naik panggung pada pemilihan calon wapres saat zaman megawati. Saat itu SBY mulai berkampanye untuk persiapan tahun 2004 dengan mendirikan partai demokrat. Partai yang dibentuk dengan beberapa "buangan" parpol seperti Golkar, PDI-P, dan PAN. SBY berhasil membuat citranya naik dengan menjadi presiden. Resep rahasia SBY nampaknya berasal dari keunggulan dalam bentuk fisik, kecerdasan otak, dan gaya bicaranya.
dari sudut kecerdasan otak dibanding capres Megawati, jelas bahwa SBY merupakan lulusan militer, paling tidak SBY mempunyai ijazah S1. Namun apa alasan SBY bisa menang dari Amien Rais yang sudah mendapat gelar profesor? Menurut hemat saya, hal ini jelas diakibatkan oleh dukungan partai Golkar yang saat itu dibelah dua, menjadi pendukung wiranto, dan JK. Dan melihat masyarakat majemuk indonesia yang bersifat berdasarkan kharisma yang dibentuk SBY.
Alasan bentuk fisik yang merupakan hasil tempaan dari TNI telah membentuk fisik yang tegap dan kuat. Apabila dibandingkan beberapa capres yang lain, jelas sosok tempaan TNI yang masih terjaga badannya. Bukan maksud menyinggung sosok fisik capres lainnya, namun nampaknya SBY merupakan sosok paling ideal untuk umur dan kondisi.
gaya bicara SBY yang paling berhati-hati, penuh pertimbangan dan sangat memikir dalam-dalam segala hal yang sesuai dengan filosofi jawa. Mengakibatkan rakyat sangat suka dalam pidatonya yang pelan-pelan dan dalam.

hal yang mengakibatkan jatuhnya kharisma SBY adalah masalah BBM dan sikap SBY yang terlalu moderat. Masalah BBM yang sudah jelas adalah karena dalam kenaikan BBM terakhir SBY berjanji untuk tidak menaikkan BBM lagi. Namun sesuai dengan pendapat saya sebelum ini, bahwa kondisi internasional tidak bisa membuat indonesia bertahan lebih lama. Namun lebih baik hal kenaikan BBM tidak perlu dibahas lebih dalam. Hal yang cukup jelas adalah bahwa ada kegagalan institusional dari pemerintah sendiri. Kegagalan yang berupa komunikasi politik yang cukup aneh dan hanya bisa dimengerti oleh orang yang mau memperhatikan dan mengerti penjelasan dari pemerintah. Apa bukti kegagalan secara institusional adalah demo mahasiswa yang merebak. Demo mahasiswa tersebut hampir mendekati anarkisme setingkat tahun 1998, namun lebih parah, karena tahun 1998 masalah yang diproses adalah sangat banyak, sedangkan tahun 2008, masalah yang diprotes hanyalah BBM. Artinya bahwa kegagalan institusional ini cukup parah dengan asumsi bahwa kita tidak perlu membahas faktor X yang ada dalam demo tersebut.
Kedua adalah sikap dari SBY yang sangat moderat. Banyak dari masyarakat Indonesia saat ini ingin melihat perubahan-perubahan, banyak juga masyarakat indonesia yang bosan dengan gaya SBY. Melihat cerminan dari JK yang lebih cenderung bercanda dan lebih mengasikkan daripada SBY. Sehingga tindakan ini juga mengakibatkan perhatian masyarakat teralih dari SBY ke JK. Terbukti bahwa nampaknya JK sudah siap menjadi Capres, sedangkan SBY masih ragu-ragu dalam sikapnya untuk tahun 2009.
pembuktian kedua adalah kampanye awal yang dilakukan partai politik. Sepertinya hal ini akan wajar-wajar saja, terlebih, melihat bahwa pemilu akan mulai dalam satu tahun terakhir. Namun mengapa hal ini cukup menjadi masalah yang cukup urgent dan unik?
dalam candaan politik Indonesia, waktu yang digunakan untuk 5 tahun adalah, tahun pertama meneruskan program kabinet sebelumnya. Tahun kedua adalah membangun citra yang baik. Tahun ketiga untuk bekerja secara optimum, tahun keempat untuk menjatuhkan lawan, dan tahun terakhir tidak ada kerja selain untuk berkampanye pemilu selanjutnya.
hal diatas tidak hanya sekedar candaan, marilah tengok ke belakang apa yang telah terjadi dari tahun 1998 hingga 2008. Pastilah siklus candaan diatas terjadi secara hampir 100% benar.
Politik indonesia di tahun 2008 menjadi transisi fase akhir dimana sebetulnya banyak pihak yang sedang menjatuhkan lawan politik dan dijatuhkan. Di sisi lain karena banyak yang berkonsentrasi pada perang politik dingin, maka kinerja masing-masing sudah mulai melemah dan semakin tidak optimum.
lihatlah SBY yang sekarang menjadi lemah posisinya karena kenaikan BBM ini, kemudian ada lawan politiknya yang memanfaatkan keadaan tersebut dengan iklan di media elektronik. Di sisi lain, kabinet SBY juga mencari posisi politik dengan menaikkan harga nya untuk maju ke pemilu 2009 entah persiapan dengan menjadi capres, atau hanya unjuk gigi kekuatannya dengan mendirikan parpol baru. Selain itu posisi SBY juga melemah dengan menghilangnya pendukung dari partai sendiri yang kemudian mendirikan partai baru atau bergabung dengan partai yang lebih bonafit.
Dari hal diatas, hal yang paling dikhawatirkan adalah ketika kabinet harusnya kerja sangat ekstra keras untuk memperbaiki pemerintahan, ditengah kondisi yang cukup buruk di Indonesia, mereka malah tidak bekerja optimum, dan pada akhirnya kondisi rakyat indonesia yang harus menanggung beban perang politik ini.

dalam asumsi saya masalah kinerja kabinet, sebetulnya saya sangat berharap semua pihak mengatakan asumsi saya salah. Namun apa yang membuat asumsi saya menjadi semakin yakin adalah perilaku para kabinet dan juga perilaku legislatif dan yudikatif yang semakin lucu apabila disimak di negara lain, dan semakin mengerikan apabila ditelaah dari negeri sendiri. Sikap legislatif yang selalu terkena skandal mulai dari korupsi sampai dengan pelecehan seksual seakan-akan menjadi hal yang biasa. Apabila ditelaah lebih jelas maka tampak bahwa sepertinya semua ini merupakan bagian dari akal politik para politisi untuk menjatuhkan satu sama lain.
Di seberang, yudikatif juga ditelanjangi oleh KPK dan banyak nama-nama yang muncul di dalam kasus tersebut. Dalam hati kita bisa tertawa melihat hal ini, akan tetapi di pikiran rasional maka jelas nyata bahwa rakyat telah ditipu selama ini oleh pemerintah yang berisi koruptor.

akhir kata, apakah pemilu 2009 bisa membawa pencerahan, bukan pemerintah, tetapi rakyat yang menjadi aktor utama. Rakyat seharusnya menjadi aktor yang melihat penggunaan uang pajak, menghentikan korupsi sampai hal terkecil. Pada dasarnya apabila rakyat telah menjadi individu yang benar, maka pemerintah juga tidak akan berani bermain gila. Pembangunan mental memang perlu, dan memang memakan waktu lama, dan juga pastinya pemerintah perlu pecut untuk awal-awal gerakannya.